Rabu, 14 Maret 2012

SELEMBAR SURAT MERAH

Seperti Mentari tenggelam termakan gulita malam, begitulah akhir cinta yang dulu sempat ku genggam... yang ku kira sekuat air mata seorang ibu untuk anaknya.. setulus kayu yang rela terbakar untuk kehidupan sang api, dan sesetia merpati menunggu kekasihnya kembali..
tapi dia bukan seorang ibu,bukan sebatang kayu, bukan juga burung merpati.

aku tak bermaksud menelan ludahku sendiri.. hanya saja ketika aku melihat barisan kata manis tercipta begitu indah dan luar biasa itu bukan untukku, aku pun mulai meleleh seperti lilin yang termakan api.. api cemburu. Seingatku, ketika bersamaku dia tak semanis itu,tak semerindu itu,tak sebahagia itu.
 Ku kira aku yang paling berarti, paling mengerti, dan yang paling di tunggu.. dan aku pun membusungkan dada. Ku katakan pada setiap hasrat yang ku temui, “dia begitu tulusnya menyayangiku..dan aku selalu bersalah atas sesuatu yang aku lakukan ataupun tidak aku lakukan kepadanya. Dan aku bangga pernah memilikinya.”
Tapi semua itu sepertinya salah..

Aku menyesal tlah membuatmu menangis...
Dan biarkan memilih yang lain...
Tapi jangan pernah kau dustai takdirmu..
Pasti itu terbaik untukmu
Janganlah lagi kau mengingatku kembali..
Aku bukanlah untukmu..

barisan lyrik yang indah itu semakin menyiksaku.. menjatuhkan aku kedalam jurang kesakitan yang lebih jauh. Ini semua bukan tentangnya.. hanya tentang aku. Aku yang ingin dia menjadi seperti apa yang aku mau.. aku yang kemudian meninggalkannya agar dia belajar menjadi apa yang aku mau. Tapi dia semakin jauh, dan tak terjangkau. Hingga aku berada dititik ini.. titik yang pernah ku lalui dulu.. sama, ketika dengannya juga.
Aku memandang zona kehidupan yang telah ku lalui, aku yakin ini sama.. dan untuk apa aku bergigih mengembalikanya di hidupku (seperti yang ku lakukan dulu) jika akhirnya akan seperti ini lagi.. bukan untuk yang kedua kali.. melainkan ketiga kali. Lalu? Untuk apa?
Sempat aku berkeyakinan dia yang akan mendampingi hari tuaku, menjadi ayah dari anak-anakku, tapi itu hanya sebuah khayalan yang terlalu jauh bagi anak se-usiaku. Ketika itu aku sangat yakin Tuhan memilihkan dia untukku.. mungkin keyakinanku salah..
Aku ingin menahan setiap langkahnya dan berteriak, “jangan melangkah!!! Aku mohon!!!”. Tapi lagi-lagi untuk apa? Untuk akhir yang sama atau untuk menyakitinya dan menyakiti diri sendiri? Tidak! Aku akan berhenti cukup sampai disini. Akan ku kubur dalam-dalam setiap nafsu dan egoku atasnya. Kan aku biarkan dia mengepakkan sayapnya lebar-lebar kemudian memetik sekuntum bunga yang paling indah untuknya. Yang lebih mampu menjaganya, dari aku... karna dia ya dia... tak akan bisa menjadi seperti yang aku mau. Dan dia juga berhak memilih cintanya.. cinta barunya itu..
Maka hanya selembar surat merah ini yang dapat ku beriakan untuknya...

“Untukmu,
Hey! nakal ya.. ngerokok lagi.. ah.. kok gitu si? Selama ini terpaksa ya?? Hehehe
Maaf ya.. jahat banget aku. Padahal kan kata orang mencintai itu gag boleh ngerubah orang yang kita cintai jadi apa yang kita mau. Iya nggak? Ehehehe
Oke lah kalau begitu... :D
Yah.. walaupun aku sedikit..sedikit banget kok... ngerasa kecewa(maaf) kamu kembali ke kehidupan kamu yang dulu. Tapi, nggak apa lha.. hehehe
Itu kan hidup kamu, iya nggak sih?
Em.. makasih ya.. satu yang gak aku lupa dari kamu.”kedewasaan kamu waktu aku punya masalah.” Nggak nyangka loo kamu bisa gitu :P
Jaga kesehatan baik-baik ya... udara malem nggak baik buat kesehatan tau... walaupun itu satu-satunya hiburan buat kamu..tapi nggak ada salahnya kan menjaga kesehatan. Lebih penting...tau! biarpun kata kamu.”RUMAHKU NERAKAKU”.. tapi disana ada seseorang yang sangat menyayangi kamu. Yang kata kamu nggak pernah adil dan nggak sayang sama kamu. Kan, surga ditelapak kaki ibu tuh, jadinya ya jangan gitu! Ok?
Ahaha, ini sih coretan nggak penting.. tapi lumayanlah buat mengungkapkan isi hati.
Yang belum sempat aku ucapkan, “Terimakasih.. sempat hadir dihidupku.”
Ehehehehe...
Sekali lagi terimakasih ya!!


Ya.. itulah sepenggal surat merah untuk sebuah cerita abu-abu. Setelah malam datang.. mentari tidak akan pernah lupa bersinar kembali. Dan kesedihan ini sudah sepantasnya  untuk seorang yang bersalah atau bisa dibilang yang merasa bersalah..
Ini masa mudaku...ini cerita indah untuk hari tuaku..
Terimakasih telah memberikan aku kesempatan untuk merasakan menjadi seseorang yang paling berarti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;