Sabtu, 26 November 2011 1 komentar

SIMPAN UNTUKKU



                Aku tidak pernah menyangka bahwa, kamu akan menjadi orang yang paling berarti dalam hidupku. Bahkan sama sekali tak terlintas di dalam anganku, aku akan menangis saat kamu tak ada di sini. Awalnya kamu hanya teman biasa.. pengisi canda tawa. Aku yakin saat itu tak ada sedikitpun perasaan yang berbeda..
Aku pikir aku hanya bisa menyayangi dia saja, bukan yang lainnya. Tapi aku salah.. aku menyayangi mu lebih dari aku menyayanginya. Bahkan, kamu.. ya kamu! Satu-satunya orang yang bisa membuat ku melupakannya.
Satu kata yang selalu ingin kuucapkan, “aku merindukanmu..”.

                    Malam datang lagi.. dan aku mulai mengeluh atas semua itu. Jujur saja, aku tak ingin malam meyapaku dengan senyumanya. Bintang pun tak menghangat seperti dulu..
Aku masih seperti biasa.. sendiri duduk di pojok kamar dalam keheningan dan tanpa penerangan. Dan.. semenit kemudian mulai terisak. aku menghindarinya, tapi bayangan itu muncul (lagi) .  semakin terisak dibuatnya... ingin aku cepat terlelap dalam mimpi indahku, namun malam semakin panjang. Dan, mata ini semakin terang. Semakin malam.. semakin teriris oleh keadaan.
Aku mulai berpikir apa yang saat ini dia kerjakan. “mungkin di sana dia mulai mengenal cintanya yang baru.. mungkin di sana dia sedang bersenang-senang dengan temannya.. mungkin di sana dia  sudah tertidur..”
dan aku juga mulai berharap “andai saat ini dia mengingatku… andai saaat ini cintanya masih sama.. andai aku bisa memilikinya lagi..”
bahkan aku mulai menyesal “harusnya ketika itu aku tidak berlaku kekanak-kanakan.. harusnya aku mengerti keadaannya.. harusnya akubisa menjaga hatinyaa..”
dan terakhir aku mulai berjanji pada diriku sendiri “jika aku memilikinya lagi, aku tak akan berlaku seperti itu dan aku akan menjaganya agar tak pergi lagi”.
Setiap malam hanya itu yang selalu aku kerjakan.. aku benar-benar ingin dia tahu apa yang sedang aku kerjakan dan aku rasakan.. tapi, sepertinya keinginanku hanyalah sebuah angan yang tak athu kapan akan terjadi, atau mungkin bahkan tak akn pernah terjadi. Aku mulai merasakan dan mulai mengerti bahwa aku masih sangat membutuhkan dan menginginkan dia, tapi dia tidak.

Terik mentari mulai membakar kulitku.. bersyukur karena siang ini datang lebih cepat dari biasanya. Dan handphone ku mulai berdering
Drrrrt
1 pesan di terima
“Sepertinya aku sedang bermimpi” pikirku dalam hati
Dia.. yang semalam tadi sangat  aku inginkan kehadirannya mulai menyapa, walau hanya dalam sebuah pesan.
Baru saja ku balas pesan darinya, tiba-tiba sosoknya terlihat di depan gerbang sekolahku. Dia mulai tersenyum.. kemudian mengajakku duduk di boncengannya.
Lagi-lagi aku berpikir bahwa ini adalah mimpi. Tapi, aku senang ini bukan mimpi..
Aku ingin memeluk pinggangnya, tapi ada sekat pemisah. Tanpa dia sadari.. di balik punggungnya  Aku tersenyum, dan kemudian mulai menangis.
Dia hanya diam… membuatku semakin terisak. Semuanya benar-benar berubah. Dan terkadang aku tidak menyukainya.

“kamu mau pesen apa?” tanyanya
“enggak” jawabku singkat
“ada apa? Tiba-tiba datang menemui ku.” Lanjutku
Dia hanya tersenyum
Dan ini membuatku bingung..
20 menit sudah aku dan dia duduk di tempat ini.. sepatah katapun tak ada yang dia ucapkan. Aku muali bosan dan mulai marah..
“untuk apa kita di sini? Hanya untuk ini? Kamu hanya membuatku berharap. Kamu tahu kan aku masih sayang kamu? Tapi kenapa kamu kayak gini? Membuatkubertanya-tanya dan mulai bermain dengan anganku. Kamu tidak tahu ya! Aku sangat merindukan kamu. Tapi kalau hanya untuk ini kita bertemu, rasanya percuma.” Kataku kesal
“aku juga” jawabnya singkat
Lagi-lagi membuatku mulai berangan dan bertanya-tanya
“lalu?” tanyaku
“aku masih menyayangi kamu. Tapi, aku tidak bisa bersama kamu lagi untuk saat ini.” Jelasnya
Deg.. untuk ketiga kalinya aku berpikir bahwa ini adalah mimpi. Tapi, kenapa begitu lama dan belum berakhir?
“apa yang kamu ktakan? Jangan buat aku berharap.. aku mohon!”
“aku jujur.. aku sayang kamu. Hanya saja waktu belum mengijinkan kita bersama.”
“kalau begitu simpan hatimu untukku.” Kataku
Ada nada berharap di dalamnya
“pasti..”jawabnya singkat
Dan aku terisak.. sangat terisak hingga aku mulai sesak nafas dan terbangun.. ternyata aku hanya bermimpi. Begitu terharunya aku hingga saat aku terbangun bantalku basah oleh air mata.
Dan mulai kukatupkan ke 2 telapak tanganku, ku tadah kan ke atas aku mulai berkata “Tuhan.. aku menyayanginya.. berikan aku jalan untuk memilikinya lagi. Dan tolong simpan hatinya hanya untukku. Amin..”
Dan ku lanjutkan tangisku..
Selengkapnya - SIMPAN UNTUKKU
0 komentar

I REMEMBER



I remember
The way you glanced at me, yes I remember
I remember
When we caugh a shooting star, yes I remember

**     I remember all the thing that we shared
And the promise we made just you and I
I remember all the laughter we shared
All the wishes we made upon the roof at down

Do you remember
When we were dancing an the rain in that December
And I remember
When my father tough you were a burglar

Back to **

Papapapapa…

Back to **

I remember
The way you read you books, yes I remember
The way you tied your shoes, yes I remember
The cake you loved the most, yes I remember
The way you drank you coffe, I remember
The way you glanced at me, yes I remember
When we caugh a shooting star, yes I remember
When we were dancing an the rain in that December
And the way you smile at me, yes I remember
Selengkapnya - I REMEMBER
Minggu, 20 November 2011 0 komentar

1000 LILIN AKAN PADAM

mata itu... ya..mata indah tanpa lensa kaca. Sama hitamnya dengan warna lensa mata masyarakat Indonesia pada umumnya. Hanya saja bola mata itu terlihat begitu hitam dan terlihat lebih bundar. Sungguh membuat tatapan matanya begitu tajam, galak namun jika dilihat lebih seksama memancarkan sesuatu yang berbeda. Sayangnya keindahan itu membawaku pada kenyataan yang buruk, bahwa sesuatu yang datang tidak akan selalu tinggal. Dan sesuatu yang datang itu sebenarnya hanya ingin singgah sebentar kemudian pergi untuk melanjutkan perjalanan.Disitu, pertama kalinya aku melihat sepasang

Karena nantinya semua itu akan ku perlihatkan dan akan kuceritakan pada anak cucuku bahwa, aku pernah mencintai seseorang sepenuh hati. Meski, aku di sakiti berulang kali. Akan ku ajarkan pada mereka untuk tak memberi suatu janji jika nantinya mereka belum tentu dapat menepati. Dan akan ku tanamkan pada diri mereka sikap menyayangi seseorang yang juga menyayangi di sini, di dekat lubang yang dulu dia ciptakan sebagai kenangan bahwa dia pernah mengendalikan tiap langkah hidupku. Tidak akan pernah aku menutup lubang itu. Walaupun rasanya pahit,perih, hingga membuat kantong air mataku semakin kering. Aku yang terlalu bodoh dan angkuh. Berkali-kali Ica mengingatkanku untuk tak terlalu dekat dengan Rama. Namun, sama sekali tak aku hiraukan tiap nasehat darinya. Kini, semua telah benar-bemar hilang. Janji,cinta, bahkan sosoknya lenyap tak tersisa. Namun, sungguh bayangan,kenangan, dan tiap rasa yang ku miliki masih benar-benar sama. Letaknya tetap

“nad,” bentak Ica membuyarkan lamunanku

“hemh” ku jawab seadanya

“kenapa? Inget rama? Jangan diinget-inget lagi. Toh Rama udah melupakan semuanya. Bahkan di hari ulang tahun kamu dia masih sama cueknya.”

Dulu, waktu masih sama-sama dia nggak pernah inget kok. Apa lagi sekarang?” balasku, setengah meringis saat mengatakannya.“iya, aku tahu. Dia pasti lupa.

“keterlaluan banget! Udah ah, cepetan pesen makanan. Niat traktir enggak sih? 15 menit lagi belnya bunyi. Kalau kita telat masuk kelas, nanti Pak Rahmadi ngomel. Terus, jangan lupa nanti sepulang sekolah ke rumahku.”

“iya.” Jawabku menutup pembicaraan.



Sudah 22 pesan masuk di telepon selular milik ku untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun dan memberi doa. Bahkan sudah 42 orang mengucapkannya secara langsung. Namun, seseorang yang sangat aku harapkan untuk mengucapkannya sepertinya lupa atau mungkin ingat tapi sama sekali tak perduli. Ya, sama sekali tidak. Kalaupun dia perduli, tentu sejak beberapa bulan lalu dia sudah menanyakan keadaanku atau paling tidak tersenyum di hari terakhir kita bertemu. Di sebuah gedung sederhana, dalam suasana bahagia sekaligus haru, pada acra perpisan sekolah.Yang tahu seperti apa suasana hatiku saat itu, hanyalah aku. Bahkan dia pun tidak mungkin dapat memahaminya. Sungguh, saat itu aku merasa bahwa itu dalah hari terakhirku bertemu dengannya, menatap matanya, mendengar suaranya, dan melihat senyumnya. Tapi pikirku salah, di sana aku hnaya dapat bertemu dengannya. Tidak bisa menatap matanya, mendengar suaranya dan melihat senyumnya. Menyakitkan… sepulang dari acara itu aku hanya mengurung diri dikamar.

“Mama sama adik kamu kemana ca?” tanyaku penasaran karena melihat rumah Ica kosang tak berpenghuni.

“Ke rumah ibuku” jawabnya singakat dari balik tembok yang memisahkan antara ruang tamu dan kamar tidur. Ibu adalah panggilan kepada neneknya (ibu dari mamanya).

Aku melangkah menuju teras rumah yang tentunya teras rumah Ica. Dari teras rumah aku melihat sebuah warnet (warung internet) dengan Café di depannya. Aku tersenyum kemudian mengalihkan pandangan. Semenit kemudian aku kembali memandang tempat itu. Di depannya ada sebuah sofa berwarna cream yang sungguh dulu sangat nyaman ketika ku duduki. Aku mengajak Ica untuk ke sana. Di sana aku duduk di kursi itu. Rasanya berbeda, tidak snyaman yang dulu. Kenapa? Apa karena yang disampingku hanyalah Ica bukan Rama? Aku tersenyum untuk kedua kalinya.

“adek?” sebuah suara yang sangat aku kenal

Batinku. Semenit kemudian.. dari pintu warnet keluar seorang anak manusia berjenis kelamin laki-laki (jangan Tanya darimana aku mengetahuinya) memakai kaos berwarna biru dengan banyak jerawat di wajahnya dan dengan mata itu… mata hitam pembawa malapetaka (mungkin). Aku gelagapan, dan memutuskan beranjak dari tempat itu. Sebelum dia yang sekarang berjalan meninggakan warnet menuju ke tempatku.“hai!” Jawabku singkat. Aku bingung harus berkata apa karena, sungguh yang ada di hadapanku saat ini adalah Risqi. Sahabat Rama sekaligus tetangga rama.

“Lho, mau kemana dek?” Tanya Risqi

“Ya…mau kerumahnya Ica. Kita maun ngerjain tugas.” Jawabku seadanya

“itu.. ada Rama. Kamu nggak pengen ketemu?” tanyanya dengan nada menekan pada kalimat PENGEN KETEMU.

“enggak” jawabku berbohong. Jantungku berdetak lebih cepat, aku ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Laki-laki itu semakin dekat.

“Ris, ayo pulang.” Kata lelaki itu.

Jarak ku dan jaraknya hanya beberapa senti jadi, sangat bisa ku rasakan hawa dingin dari tubuh lelaki itu. Aku hnaya diam membisu. Seperti ada tembvok tinggi di antara kita berdua (aku dan laki-laki dingin ini). Sampai-sampai dia tidak menyadari keberadaanku. Dia terus saja bercakap-cakap dengan Risqi dan membiarkan aku bersama Ica terdiam di belakaang punggung Risqi.

“Nad, kita pulang dulu ya!” kata Risqi membuyarkan keheninganku dan Ica.

Kemudiaan risqi melangkah pergi bersama lelaki itu. Ica menatap mereka garang kemudian..

“Rama…” teriaknya

Lelaki itu menoleh menyadari namanya di sebut-sebut.

“nggak ada yang kelupaan?” tambahnya

“apa?” jawab Rama heran

“kamu nggak bener-bener lupa kan?” sepertinya Karena penasaran Rama akhirnya mendekati kami berdua

“Nadya..hari ini ulang tahun.” kata Ica menjelaskan

aku langsung mencubit tangan Ica. Aku rasa dia tidak perlu mengingatkan Rama kan hal itu.

“oh ya? Selamat ya!” ucap rama sambil menjabat tanganku

Ternyata benar-bemar lupa.

“terimakasih” jawabku singkat

Bahagia? Ku rasa aku tak sedang merasakannya. Yah.. dia memang memberiku ucapan selamat. Tapi, itu Karena Ica mengingatkan.

“kalian disini aja dulu sama kita. Tenang aja Nadya yang traktir kok.” Kata Ica pada Rama dan Risqi

“hemh..boleh juga. Nah karena kursinya Cuma 2 jadi, aku sama Ica di dalam aja. Ok?” kata Risqi

Tanpa menuggu jawaban dari ku dan Rama, mereka sudah meninggalkan kami berdua.

Tak ada suara…..

1menit 2 menit 3 menit dan akhirnya baru menit ke 4 dia mulai memecahkan es yang saat ini ada di diri kami masing-masing.

“udah dapet ucapan selamat dari siapa aja?” tanyanya basa-basi

“Yang jelas bukan dari kamu” hatiku bergumam sendiri

“banyak.. udah 42 orang.” Jawabku menyindir

“wah..banyak juga. Kok bisa pada inget gitu ya?”

“Yaeyalah mereka kan bukan kamu.” Jawabku tanpa suara

“kamu, kok nggak kayak dulu? Sekarang jadi pendiem gini.” Tanyanya lagi

“bodoh banget sih! Gimana aku bisa kayak dulu, kalau sekarang aja kamu nggak kayak dulu. Emang siapa kamu? Mau diperhatiin terus tapi, malah cuek sama orang.” Gumamku lagi

“kok diem?” lanjutnya

“pengen diem aja. Nggak boleh?” jawabku ketus

“nggak boleh lha! Di sini kan ada aku. Masak diem terus?”

“aku diem buat hemat energy tau!” balasku sekenanya

“hemat atau pelit? Kenapa harus di hemat?” tanyanya lagi. Membuatku benar-benar ingin mencakar wajahnya.

“karena energiku tinggal setengah, cuma buat nahan bayangan masa lalu supaya nggak terus menghantui aku.” jelasku

“emang masih inget?” katanya dengan sedikit senyum

Aku hanya diam tak menjawab. Jengkel sekali melihat senyuman itu. Mengingatkan aku senyum meremehkannya 8 bulan lalu saat dia berhasil menjatuh bangunkan aku.

“seberapa inget?” tanyanya lagi

Namun lagi-lagi tidak aku jawab

“pasti lupa ya! Kenapa semudah itu?” tambahnya

“Kenapa semudah itu? Enak saja dia berbicara. Bahkan sampai saat ini aku masih meletakkan semuanya pada tempat yang sama. Dia tidak sadar pada dirinya sendiri bahwa sampai saat ini dia lah yang bisa melupakan semuanya dengan begitu mudah hanya dengan tiupan lembut sang angin.” Lagi-lagi aku menggumam dalam hati

“kenapa kamu tanya seperti itu? Sedangkan kamu sendiri telah melakukanya. Dengar baik-baik..

18 November, terucap sebuah janji yang selalu membuat aku bermimpi bahkan hingga saat ini. 14 Desember, aku mengaku lumpuh di depanmu.12 November, harusnya kamu ingat saat itu pertama kalinya kita mulai mengenal.

28 Desember, kamu menyakiti aku untuk pertama kali. Yang kemudian dilanjutkan pada hari-hari berikutnya. Sampai 22 Mei kita benar-benar berpisah. Namun baru pada tanggal 28 Mei aku merasakan perpisahan yang sebenarnya. Dan pada tanggal itu lah kita terakhir bertemu. Sepertinya aku juga harus mengingatkan mungkin kamu lupa pada tanggal lahirmu sendiri. Kamu dilahirkan pada tanggal 9 November. Dan satu lagi… ulang tahunku bukan hari ini tapi, 2 hari yang lalu. Hari ini aku baru bisa bertemu dan mentraktir Ica karena 2 hari kemarin aku merayakan ulang tahunku di rumah Nenek. Saat ini aku baru sadar, ternyata kamu benar-benar tidak mengingat sedikitpun tentang aku. Dengan mudah kamu percaya pada Ica bahwa hari ini hari ulang tahunku. Seharusnya kamu tahu, pada 2 hari itu aku sangat mengharapkan memori pikiranmu berfungsi dengan baik. Tidak perlu mengucapkan apapun, aku hanya ingin kamu sekedar ingat. Tapi, ternyata kamu memang tidak mengingatnya.” Jawabku dengan kesal

Dia hanya diam..

“terima kasih karena hari ini telah mengingatkan aku, bahwa menunggu kamu ingat secuil tentang aku sama halnya dengan menunggu seribu lilin padam secara bersamaan.” Lanjutku

Aku pergi sambil menutup mataku dengan telapak tangan. Dan, kali ini hujan turun bersama rintik air mataku.
Selengkapnya - 1000 LILIN AKAN PADAM
0 komentar

TUHANKU TAU (LEBIH DARI KAMU)

Tuhan.. engkau tahu aku mencintainya dan tak ada yg bisa mengganti dirinya…

Tuhan.. hanya dia yang selalu ada dalam hangatku, dalam benakku…

 

 

Hanya Tuhanku yang benar-benar mengerti dan memahami rasa ku ini..

bahwa aku hanya lah wanita biasa yang ingin mencintai dengan sederhana.

 

Tuhanku tahu,,

bahwa sebenarnya aku telah lelah menunggu. Namun, rasa ini memaksaku untuk terus bertahan.. aku sendiri tak tahu sampai kapan? Mungkin saat aku telah benar-benar sadar bahwa penantianku sudah harus diakhiri.

 

Tak hanya itu..

Tuhanku juga tahu,,,

bahwa saat ini hatiku sedang bertarung dengan akal sehatku.

Aku tidak tahu mana yang seharusnya lebih aku percaya. Karena Tuhanku belum menunjukkan kepadaku apa yang harus aku lakukan saat ini. Akalku memaksa aku untuk berhenti. Tapi, hatiku melarang untuk melakukannya. Hatiku memaksaku untuk mempercayai tiap katamu. Namun, akalku menunjukkan kenyataan kepada ku bahwa, ini bukan penantian yang indah.

 

 

2 minggu dengan kediaman nya membuatku benar-benar gila. Tak ada kabar sama sekali.. terakhir dia hanya berkata, “aku masih mencintai kamu. Tunggu aku kembali setelah masalahku selesai.” Dan…setelah itu dia lenyap. Di sini aku hidup dalam tanda tanya. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?

awal penantian, ku jalani dengan ringan hati. Tapi, seiring perjalanan waktu aku semakin bimbang. Tidak biasanya dia meninggalkan aku tanpa berita. Satu pesan pun tak pernah aku dapat darinya. Dingin… itu yang aku rasakan tiap kali aku menanyakan kabarnya. Aku begitu rindu sosoknya, dan tiap kali aku ingin dia tahu tentang itu.. jawaban singkat yang aku dapat. Menimbulkan banyak tanya.

Semenjak pertengkaran kami beberapa minggu lalu, semuanya berubah. Benar-benar berubah.. sekali lagi, aku terlihat bodoh di hadapan cinta.

Dan aku benci saat aku menyadari diriku seperti ini.

Aku selalu mencoba menyadarkan diriku. Namun lagi-lagi aku menjadi seseorang yang bodoh.

Penantian tanpa kejelasan? Hah.. semua orang akan menertawakanku jika mereka tahu.

Tapi aku tidak perduli.. biarkan saja mereka berkutat dalam argumennya masing-masing. Karena aku yakin, dia tidak akan membohongi dan menyakiti aku.

 

Aku masih di sini.. menunggu walaupun tak ada kabar. Ada sepercik ketakutan dalam rongga dadaku. Aku takut, dia lupa dengan janjinya. Aku takut, dalam ketidak hadiranku di hidupnya.. ada yang lain yang mengisi hari-harinya. Hingga aku tidak tahan dengan semua ini…

Aku ingin bertemu dengan dia…

 

Dan.. saat aku bertanya kapan dia kembali..

 

“aku ingin kamu sadar dulu..

aku punya hati. Aku juga bisa sakit hati.” Katanya

“Dan.. sudahilah penantianmu. Karena, kamu tidak akan mendapat apa yang aku beri dulu. Aku hanya ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan. Sakit bukan? Ya.. seperti inilah rasanya ketika kamu menyakiti aku.” Lanjutnya lagi

 

Dan, kali ini semua tanyaku terjawab.. rasamu sudah hilang. Kebencian yang tersisa.. dan sungguh aku tak kan pernah marah. Dan tak menyesal dengan penantianku selama ini.

 

Sekali lagi Tuhanku tahu,,,

Bahwa aku tidak sengaja menyakiti hatimu.. saat aku melakukannya aku benar-benar tidak sadar. Maaf..

Sungguh aku tidak sengaja..

 

Dan, Tuhanku juga tahu..

Saat ini siapa yang lebih tersakiti.

 

Aku harap kamu sadar… Tuhanku tau, lebih dari kamu.

 

 

 

( semoga cerita ini tak pernah terjadi dalam hidupku dan hidupmu..

Ini hanyalah cerita tentang ketakutanku..

^_^dan…. Tuhanku lebih tau.. apakah ketakutanku ini akan benar-benar terjadi dalam hidupku atau tidak.

aku hanya bisa berharap.. agar semua ini tak akan terjadi. Kalaupun harus terjadi.. seperti dalam imajiku di atas. Aku sudah siaapp.)
Selengkapnya - TUHANKU TAU (LEBIH DARI KAMU)
0 komentar

20 NOVEMBER 2011

Ada alasannya mengapa sekarang aku memutuskan untuk menemuimu

Aku ingin memperdengarkan padamu sepotong lagu dalam sakuku ini

Sambil pelan-pelan menaikkan suaranya (volume) untuk memastikan semua baik-baik saja



Sekarang, hari perpisahan

Aku tahu perasaan ini akan berubah

Sampai kemarin (hari-hari yang kita lalui terasa) begitu lama

(Hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan

Saat aku bersama denganmu



Menyerahkan padamu salah satu sisi earphone-ku

Perlahan-lahan saat lagu mulai terdengar

(Aku pun berpikir) apakah aku bisa mencintaimu dengan baik?

Dan sesekali aku merasa bimbang



Sekarang, hari perpisahan

Segalanya mulai berubah, tapi sesuatu dalam hatiku baik-baik saja

(Seperti sebelumnya, hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan

Saat aku bersama denganmu, sekarang



Kalau bisa aku tidak ingin bersedih, bagaimana tidak siapnya perasaanku

Tapi kau datang kan?

Waktu itu dengan tersenyum, (tak tahu) bagaimana aku akan mengatakan "Hai, teman" dengan baik



Saat menyenandungkan lagu yang sama

Aku berharap ada di sisimu

Hari perpisahan yang tidak menyenangkan

Tapi aku senang bertemu denganmu
Selengkapnya - 20 NOVEMBER 2011
 
;